Thursday, October 30, 2014

Catatan Kaki Jodhi Yudono

Catatan Kaki Jodhi Yudono
Terus terang, tiap kali membaca nama dan berita tentang Menteri Susi, yang langsung teringat oleh saya adalah sebuah puisi berjudul "Susi: Merah Padam" karya penyair Minang, Gus tf Sakai. Begini bunyi penggalan puisinya:
Susi menangis, merintih, tetapi tak sedih.
Susi meraung, memukul-mukul dada, namun tertawa.
Apakah kata untuk rasa semacam riang, namun pilu?
Semacam rindu, tetapi sendu? Susi bergetar, lampus prana.
Begitulah, betapa ekspresifnya Susi, betapa tak ada lagi batas rasa yang membentengi Susi. Dia lepas, merdeka, melewati sekat-sekat kesedihan dan kegembiraan, kepiluan dan juga keriangan. Itulah sebabnya dia bisa leluasa mencapai semua yang diinginkannya, melebihi batas-batas pencapaian orang kebanyakan.

Susi oh Susi. Tiada nama yang paling populer belakangan ini kecuali nama engkau, wahai Susi. Nama dan fotomu memenuhi halaman-halaman media sosial dan media mainstream. Namamu diseru oleh mereka yang mendukung dan membencimu, oleh mereka yang menyukai dan mencemburuimu.
Sejak dulu, Susi memang begitu. Terbuka, apa adanya, dan tidak pernah pura-pura. Sudah lama dia terkenal sebagai sosok yang eksentrik. Tidak segan-segan dia merokok di depan umum meski dia tahu kebiasaan itu tidak baik untuk kesehatan.
Menurut Rustika Herlambang, wartawan yang pernah mewawancarai Susi untuk majalah Dewi pada 2010, Susi tak segan merokok sambil meminum white wine dan tonik. "Dia minum sekadar saja, tidak sampai mabuk."
Susi oh Susi, tak ada riwayat seorang menteri yang selengkap engkau. Riwayatmu penuh warna dan menarik untuk dibaca. Itulah sebabnya tak putus-putus orang membicarakanmu. Susi memiliki tato di tungkai kaki kanannya. Susi memilih meninggalkan bangku sekolah karena muak dengan pola pendidikan yang diterimanya di tempat itu. Susi lalu sukses menjadi pengusaha dengan mengekspor hasil laut ke sejumlah negara. 
Susi memang tak lulus sekolah menengah atas. Namun, Susi mampu membalikkan dunia dengan tekadnya. Perempuan kelahiran Pangandaran, Jawa Barat, 15 Januari 1965, ini merupakan pengusaha dan pemilik PT ASI Pudjiastuti Marine Product yang merupakan perusahaan pengekspor hasil perikanan. Dia juga pemilik PT ASI Pudjiastuti Aviation yang merupakan maskapai penerbangan Susi Air.
Susi mengawali bisnis maskapai penerbangan pada 2004 setelah sebelumnya menjadi eksportir perikanan dengan memiliki dua unit pesawat. Pada 2013 lalu, Susi Air telah berkembang dengan memiliki 49 unit pesawat yang menghubungkan ratusan rute penerbangan di kota-kota terpencil di Tanah Air.
Susi Air memiliki berbagai unit tipe pesawat, seperti Cesna Grand Caravan, Pilatus PC-06 Porter, dan Piaggio P180 Avanti. Tercatat, Susi Air mempekerjakan 175 pilot asing dari 179 pilot.
Pada 2012 lalu, Susi Air meraup pendapatan mencapai Rp 300 miliar dan telah melayani lebih dari 200 penerbangan perintis di Indonesia.
Pada 1983, Susi mengawali bisnis sebagai pengepul ikan di Pantai Pangandaran. Perkembangan bisnisnya terbilang pesat sehingga dia mendirikan pabrik pengolahan ikan pada 1996 dengan nama PT ASI Pudjiastuti Marine Product.
Pesawat yang dibeli seharga Rp 20 miliar tadinya hanya untuk mengangkut produk lobster dan ikan segar, kemudian berubah setelah terjadi tsunami Aceh pada 2004.
Cessna Susi tercatat menjadi pesawat pertama yang mencapai lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di wilayah terisolasi. Akhirnya, istri dari mekanik pesawat asal Jerman, Christian Von Stombeck, itu mengubah arah bisnis dengan mendirikan maskapai penerbangan.
Kepada Rustika Herlambang, Susi mengatakan, "Dari dulu, saya ini sudah dianggap the outsider," katanya. "Orang bilang saya ini suka bikin pusing sendiri," lanjutnya.
Waktu kecil, Susi suka membawa orang gila yang ditemui di jalan untuk dimandikan di rumahnya dan diberi baju.
Sering kali dia pergi ke kampung-kampung nelayan. Bila ada yang terluka, ia tak segan untuk membasuhnya dan memberinya obat. "Padahal, sama istrinya sendiri nggak mau diobatin. Ha-ha-ha... Makanya, saya ini selalu dianggap orang gila," ujarnya seraya tertawa.
Rustika menulis, keputusan Susi yang dianggap paling "gila" adalah ketika ia keluar dari sekolah waktu duduk di bangku kelas 2 SMA. Semua orang marah kepadanya. Padahal, ia anak pandai. Hampir selalu dapat peringkat pertama di sekolah, makanya dikirimlah ia ke sekolah terbaik di Yogyakarta. Orangtuanya kaya. Ayahnya kontraktor bangunan. Ibunya tuan tanah dan petani perkebunan dan kelapa. Lalu, kenapa?
"Saya merasa nggak happy saja. Untuk apa saya lanjutkan? Ini hidup saya. Saya ingin memutuskan sendiri hidup saya."
Usianya baru 17 tahun ketika itu. Dia kembali ke rumahnya. Ayahnya yang selama ini memanjakannya dan membebaskannya membeli buku-buku menjadi amat marah. Hampir dua tahun keduanya tak saling bertegur sapa. "Jadi, saya kerja saja biarnggak jenuh di rumah," katanya.
Kini, Susi telah terpilih sebagai menteri. Dia diberi amanah olehJokowi dan Jusuf Kalla sebagai Menteri Perikanan dan Kelautan. Simaklah pernyataannya ini: "Saya hari ini resmi resign dari semua jabatan saya," kata Susi dalam jumpa pers di Hotel Grand Hyatt, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (26/10/2014).
Itu artinya, berbagai perusahaan yang dia bangun dan miliki harus dilepas demi jabatan mulia sebagai abdi negara. Seperti yang sudah-sudah, Susi tidak cemas melepas itu semua. Padahal, banyak orang yang meragukan kemampuannya sebagai seorang pembantu Presiden.
Namun, langkah Susi tetap mantap, semantap dirinya waktu meninggalkan bangku SMA. Semantap dia membangun berbagai usahanya yang tumbuh dan berkembang pesat. Lalu, dia pun menggebrak kementerian itu untuk memulai kerja sejak pukul 07.00 pagi.
***
Susi oh Susi... Tak ada yang dia tutupi tentang hidupnya sebagai pribadi. Susi Pudjiastuti bicara blakblakan soal dirinya dan keluarganya. Susi tegas mengakui kalau dirinya adalah seorang single parent. Tetapi, semua anaknya mendapat pendidikan yang baik.
"Saya memang single parent, saya punya anak tiga dan cucu satu," papar Susi di kantornya, Selasa (28/10/2014).
Susi juga menyampaikan, dia sudah dua kali menikah. Namun, dengan kehidupan sebagai seorang single parent, ia mengaku tak masalah dan anak-anaknya tetap bersekolah.
Susi oh Susi, tiada hari tanpa Susi. Di kampung dan di kota, di warung kopi atau di kafe yang wangi, nama Susi jadi perbincangan yang hangat.
Seorang kawan mengatakan, Ibu Menteri Susi kok fenomenal banget ya? Tapi, emang kalo lihat dia jadi inget inang-inang yangnongkrong di lapo sambil main kartu.
Terus kawan yang lain memasang meme mantan Presiden SBY di dinding Facebook miliknya dengan catatan begini, "Nama saya juga Susi lo, kenapa dulu tidak ada yang ribut?"
Susi oh Susi, apa pun yang ada pada dirimu, itu adalah karunia yang sudah diberikan Tuhan kepada negeri ini. Bersama Susi, semoga laut dan hasilnya akan dapat lebih bermanfaat untuk negeri ini. Susi adalah kenyataan Indonesia hari ini!
@JodhiY


Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

No comments:

Post a Comment